Monthly Archives: May 2013

ANALISIS KEBUTUHAN KERJASAMA ORANG TUA DAN GURU DI LEMBAGA PAUD

Standard

Analisis Kebutuhan Kerjasama Orangtua dan Guru di Lembaga PAUD

Image

A.Perencanaan

Menurut pengertiannya, perencanaan merupakan suatu strategi untuk mencapai suatu sasaran yang hendak dicapai. Karena itu perencanaan harus dibuat diawal suatu kegiatan tanpa menutup kemungkinanan untuk mengadakan perbaikan atau penyempurnaan ketika kegiatan itu dilaksanakan.

Pihak sekolah harus dapat merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam kurun waktu satu tahun, dengan peserta didiknya yang melibatkan peranan orangtua dan kolaborasi orangtua dan guru.

Guru dan orangtua siswa adalah dua aspek yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya adalah mitra sejajar yang berperan sangat penting dalam pendidikan seorang anak. Sekolah tidak mampu berjalan sendirian, orangtua pun tidak bisa berjalan sendiri melaksanakan pendidikan untuk anak-anaknya. Disinilah kemitraan itu dibangun, yang berupa kolaborasi dan komunikasi yang efektif.

Contoh pelaksanaan perencanaan  kolaborasi di PAUD :

Image

  1. Kegiatan awal tahun
  • Penerimaan murid baru, hal ini dimaksudkan untuk mendata murid yang masuk kesekolah tersebut serta menjalin kerjasama dengan orangtua untuk mengetahui latar belakang kehidupan anak
  • Pihak sekolah membagikan semacam angket partisipasi orangtua dengan maksud untuk mendapatkan gambaran tentang tipe orangtua apakah orangtua itu mau berperan langsung atau justru bersifat pasif karena keterbatasan waktu yang dimilikinya.
  • Pertemuan awal tahun, menjelaskan tentang kegiatan yang ada disekolah tersebut baik kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik, selain itu juga mengeratkan hubungan antara guru dan orangtua serta memperkenalkan seluruh komponen sekolah kepada orangtua.
  1. Kegiatan pertengahan tahun
  • Mengedarkan surat kabar sekolah ( newsletter  ) yang berisi seputar aktivitas dan kegiatan yang akan diselenggarakan sekolah dengan maksud memberi tahu orangtua anak.
  • Laporan perkembangan anak baik bersifat mingguan, bulanan, maupun semester, itu merupakan suatu cara yang digunakan sekolah agar orangtua dapat mengetahui perkembangan anaknya dan membantu proses belajar serta orangtua dapat bekerja sama untuk memotivasi belajar anak
  • Mengadakan workshop orangtua yang berisi tentang bagaimana guru mengajarkan sebuah program belajar kepada anak dikelas, misalnya mengajarkan konsep bilangan genap dan ganjil 1 sampai 10 yang bertujuan agar terjadinya keselarasan sistem pengajaran antara rumah dan sekolah
  • Mengadakan kunjungan orangtua ke kelas ( Parent day ), sekolah dapat mengadakan program kunjungan satu hari orang tua ke sekolah dengan tujuan agar orang tua bisa mengamati apa yang dilakukan anaknya dikelas dan bagaimana anaknya berinteraksi dengan guru dan teman sebayanya.
  • Pameran kegiatan anak, misalnya anak menunjukan hasil pekerjaan atau kerajinan seni prakaryanya yang selama ini dilakukan anak dikelas. Dengan tujuan menunjukkan karya anak kepada orangtua dan agar orangtua dapat mengapresiasi hasil karya anak.
  • Buku komunikasi yang merupakan jembatan komunikasi antara guru dan orang tua tentang anaknya dalam bentuk laporan harian yang lebih informal.
  • Case conference meruapakan rapat atau konferensi tentang kasus. Biasanya digunakan dalam bimbingan dan konseling, dengan tujuan mencari jalan yang paling tepat agar masalah anak didik dapat diatasi dengan baik.
  • Kunjungan Rumah, agar terjalin kerjasama dan silaturahmi antara orangtua dan guru yang tidak hanya disekolah saja, serta memberikan pemikiran positif pada anak bahwa sekolahnya selalu memperhatikannya.
  1. Kegiatan akhir tahun ajaran
  • Rapat internal guru kelas dan orang tua murid, pertemuan ini biasanya diadakan pada saat akhir semester dimana guru menyampaikan laporan tertulis tentang perkembangan siswa (Report Book).
  • Karya Wisata dengan melibatkan guru dan orangtua murid, dengan maksud tetap menjalin kehangatan silaturahmi antara guru, murid, dan orangtua.
  1. B.  Pelaksanaan

Dalam melaksanakan program – program yang telah dirancang guru dan orangtua, diperlukan koordinasi kerja  dari personil – personil yang terlibat. Setiap personilnya harus tahu tugas dan tanggung jawab yang harus diembannya dalam rangka pelaksanaan program hubungan sekolah dan orangtua tersebut. Dalam melaksanakan program – program tersebut juga memerlukan teknik pelaksaan atau aplikasi dari setiap program tersebut, jangan sampai program – program tersebut hanya dirancang namun pelaksaannya btidak sesuai atau tidak mencapai tujuan yang seharusnya dicapai dalam program tersebut. Suatu pelaksaan membutuhkan kemampuan atau keterampilan tersendiri diantaranya keterampilan, mengelola kepemimpinan, praktek dalam setiap tahapan kegiatan.

Dalam menjalankan dan melibatkan orangtua dalam lembaga pendidikan PAUD agar dapat berjalan optimal diantaranya :

  • Tetap berpegang pada perencanaan yang telah dibuat
  • Pihak – pihak yang terlibat harus mempersiapkan diri dalam menjalankan tugasnya
  • Semua kebutuhan harus dipersiapkan dari awal
  • Seandainya perlu, lakukan gladi resik
  • Harus peka tehadap segala kemungkinan yang terjadi
  • Lakukan koordinasi lapangan dan penanggungjawab dalam pengambilan keputusan yang diperlukan
  • Jangan mengabaikan masalah – masalah kecil yang terjadi

C. Evaluasi

Untuk melihat efektivitas dan efisien program hubungan sekolah dan orangtua, diperlukan evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses kegiatan penilaian terhadap kegiatan – kegiatan yang berjalan dan terhadap hasil yang dicapai. Evaluasi juga menjadi tolak ukur untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.  Dengan begitu semua masukan – masukan diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan hubungan orangtua dan sekolah.

Implikasinya di dalam kolaborasi guru dan orangtua adalah :

  • Terlaksana atau tidaknya suatu perencanaan
  • Tercapai atau tidaknya tujuan kolaborasi

Cara melakukan evaluasi program keterlibatan otangtua di lembaga TK yaitu melakukan review kegiatan secara menyeluruh baik sebelum, sedang, maupun sesudah program. Evaluasi ini dapat dilakukan secara formal dan informal.

PELAYANAN KONSELING DAN PENGEMBANGAN DIRI SISWA

Standard

PELAYANAN KONSELING DAN PENGEMBANGAN DIRI SISWA

Image

  1. Program Pelayanan Bimbingan Konseling di Sekolah
  2. Makna  dan Tujuan Program

Program bimbingan dan konseling merupakan rangkaian kegiatan yang terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode tertentu(Winkel, 1881). Prayitno (2000) memberikan makna; program ini memuat unsure – unsure yang terdapat dalam berbagai ketentuan tentang pelaksaan BK dan berorientasi pada pencapaian tujaun pelayanan BK di sekolah.

Jadi, program BK adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan yang terencana, diorganisisr secara baik dan dalam pelaksanaanya dikoordinir dengan penuh tanggung jawab. Tujuan program BK di sekolah adalah agara kegiatan BK di sekoalah terlaksana dengan lancer, efektif dan efesien, hasil pelaksanaa kegiatan dapat dinilai, akuntabilitas BK dapat  ditegakkan.

  1. Jenis dan Komponen / unsure – unsure program untuk masing – masing jenis :

1)      Jenis Program BK yaitu program tahunan, program semester, program bulanan, dan program harian

2)      Unsure – unsure yang harus termuat dalam program

  • Program tahunan unsure – unsurnya : nama sekolah, kelas, tahun ajaran, nama konselor/ guru pembimbing, kegiatan, bidang pengembangan, dan materi bidang pengembangan
  • Program semester, unsure – unsurnya : nama sekolah, kelas, tahun ajaran, nama konselor/ guru pembimbing, kegiatan, bidang pengembang, materi bidang pengembangan, dan semester
  • Program bulanan, unsure – unsurnya : nama sekolah, kelas, tahun ajaran, nama konselor/guru pembimbing, kegiatan, bidang pengembangan, materi  bidang pengembangan, semester dan bulan
  • Program mingguan, unsure – unsurnya : nama sekolah, kelas, bulan, minggu, tahun ajaran, nama konselor/ guru pembimbing, kegiatan, bidang pengembangan dan materi bidang pengembangan
  • Program harian (SATLAN/SATKUNG), unsure – unsurnya : nama sekolah, kelas, bulan, mingguan, tahun ajaran, nama konselor/guru bimbingan, tanggal/ waktu, jam pembimbing, sasaran kegiatan, kegiatan layanan/pendukung, materi kegiatan, alat bantu, tempat, pelaksaan, dan keterangan

 

 Image

  1. Penyusunan Program

1)      Program pelayanan BK disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) uang diperoleh melalui aplikasi instrument ( pengumpulan data dengan menggunakan instrument)

2)      Substansi program pelayanan BK meliputi keempat bidang pengembangan, 9 jenis layanan dan 6 kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan dan volume / beban tugas konselor.

  1. Pelaksanaan Program

Program harian (SATLAN/SATKUNG) yang sudah dirancang dengan jelas dan rinci harus diimplementasikan ke dalam kegiatan sehari – hari. Dalam panduan pengembangan diri (2006) dikemukakan pelaksaan kegiatan pelayanan konseling.

  1. Bidang Pengembangan Pelayanan Bimbingan Konseling
  • Bidang pengembangan kehidupan pribadi yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistic.
  • Bidang pengambangan kehidupan social, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan social yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga dan warfa lingkungan social yang lebih luas.
  • Bidang pengambangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
  • Bidang pengembangan karir, yanitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
  1. Jenis Layanan Bimbingan Konseling
  2. Layanan orientasi,

yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekoalh/madrasah dan objek – objek yang dipelajari untuk menyesuaian diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.

 

  1. Layanan informasi

yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, social, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan.

  1. Layanan penempatan dan penyaluran

yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kulikuler.

  1. Layanan penguasaan konten

yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasau konten tertentu, terutama kompetensi dan kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

  1. Layanan konseling perorangan

Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.

layanan yang membantu peserta didik dalam mengembangkan pribadi, kemampuan hubungan social, kegiatan belajar, karir, jabatan, dan pengambilan keputusan serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

  1. Layanan konseling kelompok

yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan maslah pribadi melalui dinamika kelompok

  1. Layanan konsultasi

Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain. layanan yang membantu peserta didik atau pihak lain yang memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara – cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik atau pihak ketiga.

  1. Layanan mediasi

yaitu layanan yang membantu peserta peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.

 

  1. Kegiatan Pendukung Pelayanan Bimbingan Konseling
  2. Aplikasi instrument, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui apliaksi berbagai instrumen, baik yang berbentuk tes maupun non tes.
  3. Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
  4. Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak – pihak yang dapat memberikan data.

STRATEGI MENGOPTIMALKAN PROGRAM PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Standard

STRATEGI MENGOPTIMALKAN PROGRAM PEMBELAJRAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Image

Berbagai kendala yang terinfenteransir diantaranya:

  1. Keterbatasan sarana dan prasarana sebagai penunjang terselenggaranya pembelajaran sains yang efektif dilembaga-lembaga pendidikan usia dini yang ada di indonesia.
  2. Keterbatasan kemampuan sekolah dalam mengelola berbagai potensi dan sumber yang tersedia.
  3. Secara khusus terletak pada masih rendahnya motivasi kreativitas guru dalam menyelenggarakan pembelajaran sains meskipun kadang alasan sebenarnya sulit ditemukan, tetapi memang sangat banyak hal yang memnungkinkan menjadi penyebabnya.

Strategi atau cara-cara untuk mengoptimalkan pembelajaran sains dan mengurangi kelemahan dari bergabai kendala diatas diantaranya:

  1. a.    Pengembangan sudut (area) sains secara terintegrasi (menyatu)

Jika ruangan terbatas, maka sudut yang dubuat cukup satu saja, yaitu sudut IPA. Tidak dipisah menjadi sudut biologi, fisika, dan sebagainya. Dengan demikian dari sisi pemanfaatan ruang akan menjadi efisien dalam penyajiannya dapat di tampilkan secara keseluruhan masih terkait sains, ataupun secara bergiliran.

Dengan model penyajian  secara terintegrasi, tidak ada alasan bagi sekolah manapun untuk menghindari mengembangkan pembelajaran sains secara lebih baik kepada anak-anak yang bersekilah pada lembaganya.

  1. b.    Pembuatan kebun sekolah

Dengan penyediaan kebun sekolah, maka memperkenalkan sains kepada mereka tidak perlu jauh-jauh, di samping itu pembelajaran sains akan menjadi lebih nyata dan efesien, karena jarak antara sekolah dan kebun relatif berdekatan. ketersediaan kebun sekolah merupakan medium yang efektif bagi demontrasi berbagai konsep dan kajian sains yang seharusnya di kuasai oleh anak, dengan kata lain kebun sekolah merupakan laboratorium alamiah. Keberadaan kebun sekolah akan menjadikan sekolah lebih segar dari asri lingkungannya

Pertimbangan utama yang harus di fikirkan dalam pengembangan kebun sekolah untuk pembelajaran sains adalah bagaimana menyesuaikan desain kebun sekolah dengan keadaan sekolah.

Keadaan yang perlu mendapatkan perhatian agar sesuai dengan sekolah:

  1. keseimbangan isi atau tumbuhan yang di tanam, baik jenis maupun kaitannya dengan materi pembelajaran sains hendaklah tanaman atau tumbuhan yang di pilih di usahakan sesuai dengan pokok-pokok pembelajaran sains yang akan di sampaikan kepada anak
  2. keharmonisan antar tanaman, cara menanam dan tinggi rendah tanaman yang di tanam di kebun sekolah
  3. kaitannya dengan karakteristik anak, misalkan: kemampuan anak merawat, ketinggian anak menjangkau tanaman, kemampuan anak mengobservasi tanaman,dsb
  4. kemungkinan mempertegas identitas tanaman, misalkan: dengan memberi label tanaman dengan informasi nama, umur, asal,dsb
  5. kemungkinan priode pergantian,misalkan: tanaman-tanaman yang berumur pendek, seperti sayur dan bunga.
  6. melibatkan anak dalam kegiatan.
  1. c.     Pemanfaatan sumber belajar yan g tesedia dan terjangkau

Sumber belajar untuk sains sangat melimpah asalkan para guru mau menggali dan mengangkat sumber belajar yang tersedia dilingkungan sekolah seperti bumbu dapur, kerikil, rumput-rumput, daun-daun, tanah, air disekitar sekolah dan rumah merupakan hal mendasar yang merupakan bagian dari pembelajaran sains yang dapat bahkan harus diperkenalkan kepada anak.

Jadi dapat dikatakan sesungguhnya lingkungan anak merupakan laboratorium alami sains yang dapat menggiring anak ke arah pengenalan sains yang menyeluruh dan utuh mengabaikan segala sumber belajar sains yang dekat, justru akan menjadikan pembelajaran sains menjadi kurang bermakna dan fungsional bagi anak.

  1. d.    Peningkatan kemampuan dan kreativitas guru sains

Bekal kemampuan dan kreativitas yang tinggi akan mampu memfasilitasi dan menemukan cara-cara yang produktif dalam mendongkrak pengenalan dan penguasaan sains pada anak usia dini. Untuk itu kata kunci agar optimalisasi pembelajaran sains pada anak usia dini dapat dicapai maka secara simultan dan konsisten dari waktu ke waktu guru hendaklah senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam membelajarkan sains pada anak-anak sehingga ditemukan cara-cara yang peling efektif dalam mewujudkan segala tujuan dari pembelajaran sains yang diharapkan.

  1. e.    Peningkatan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan anak

Salah satu keterampilanyang sangat besar pengaruhnya bagi penguasaan sains oleh anak-anak, kemampuan guru dalam mengkomunikasikan sains kepada anak-anak. Terdapat tiga bentuk yang terkait dengan komunikasi sains kepada anak-anak yaitu:

  • Kemampuan guru dalam menyederhanakan konsep sains, maksudnya adalah guru selayaknya mampu mengemas pesan-pesan sains secara sederhana kepada anak. Sederhananya kemasan pesan akan memudahkan anak dalam menguasai sains.
  • Kemampuan dalam mendekatkan anak pada sains, maksudnya adalah kemampuan guru dalam mencari cara atau media komunikasi yang sesuai dengan karakteristik anak.
  • Kemampuan guru dalam memahami ungkapan (ekspresi) sains yang ditampilkan anak. Dengan demikian komunikasi akan efektif jika guru mampu mengungkap pesan-pesan yang disajikan anak, bagi guru pemula memang kadang kesulitan menangkap pesan anak secara baik karena terkadang bahasa anak bersifat miltifrase (menimbullkan banyak arti). Apabila salah menafsirkan, maka akan menimbulkan kegagalan berkomunikasi dengan mereka, untuk itu pelajarilah cara-cara dan bagaimana anak berekspresi. Jadi guru yang harus pandai menangkap pesan anak bukan sebaliknya, tetapi justru jika anak tidak mampu menangkap pesan guru bergegaslah guru mencari cara-cara lain untuk memperjelas apa-apa yang akan dikomunikasikannya.
  1. f.     Membangun hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat potensial

Berbagai keterbatasan yang dihadapi sekolah sesungguhnya dapat dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang dianggap potensial membantu salah satunya adalah orang tua. Jika sekolah secara nyata memang dihadapkan pada berbagai keterbatasan, sebaiknya pihak pertama yang dikontak oleh sekolah adalah orang tua. Dengan kejujuran dan keterbukaan, maka ulur tangan orang tua akan semakin terbuka.

Beberapa keuntungan jika pelibatan orang tua dapat dikelola secara baik, diantaranya:

  1. Keuntungan bagi orang tua atau keluarga anak, diantaranya:
  • Mengembangkan rasa memiliki atas program atau kurikulum sekolah
  • Dapat melihat bagaimana anaknya berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain.
  • Dapat lebih memahami perkembangan anaknya.
  • Dapat lebih mengetahui dan menghargai tugas dan beban dari para guru atau pengajar.
  • Dapat mempelajari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan yang dapat dikembangkan dirumah.
  • Dapat bertemu dan berkomunikasi dengan teman anak-anak mereka
  • Dapat menjadi sarana dalam membangun persahabatan yang abadi dengan orang tua dari anak lain
  • Dapat menindaklanjuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan anak dirumah sehingga terdapat keharmonisan dan konsisiten antara program rumah dengan program sekolah
  1. Keuntungan bagi pihak sekolah terutama bagi para guru, diantaranya:
  • Para guru dapat mrngetahui dan mempelajari bagaimana para orang tua memotivasi anaknya dalam kegiatan pembelajaran
  • Mengamati bagaimana orang tua atau anggota keluarga menolong anak mereka dalam memecahkan masalah yang dihadapi anak
  • Dengan pelibatan orang tua dalam pembelajaran, para guru memiliki waktu yang lebih leluasa bersama seorang anak atau kesempatan untuk bekerja pada kelompok yang lebih kecil.
  • Para guru dapat memahami berbagai keragaman budaya dan sosial setiap keluarga anak
  • Para guru dapat mempelajari berbagai keterampilan khusu yang dikuasai orang tua atau keluarga, misalkan keterampilan memasak atau lain-lain
Aside

NILAI SAINS BAGI PENGEMBANGAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR ANAK

 Image

Sains untuk anak

Pengenalan sains untuk anak usia dini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut:

  1. Eksplorasi dan infestigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena yang ada di alam
  2. Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melalukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan
  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, senang, dan mau melakukan kegiatan inkuiri dan discoveri
  4. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur, maupun fungsinya.

Topik-topik sains yang menarik untuk anak adalah melakukan infestigasi terhadap hal-hal berikut:

  1. Gerak

Seperti gerak bola, bola pimpong, kelereng, mobil-mobilan, tamiya, dan gasing.

  1. Menuang

Seperti menuang air dan pasir, serta benda-benda lainnya seperti biji-bijian.

  1. Menimbang

Anak mencoba menggunakan timbangan, baik timbangan yang dibuat sendiri maupun timbangan dengan skala.

  1. Busa sabun

Anak-anak senang bermain busa. Dengan menyediakan berbagai macam bentuk anak dapat berkreasi, seperti membuat jendela, pintu dan atap dari busa

  1. Tenggelam dan Terapung

Anak dapat menyelidiki benda mana yang terapung dan benda mana yang tenggelam

  1. Magnet

Anak-anak dapat melakukan investigasi untuk untuk menemukan benda-benda yang menempel pada magnet dan yang tidak.

  1. Bayangan

Contoh dengan senter anak disuruh bagaimana caranya membentuk bayangan raksasa atau bayangan yang kecil.

  1. Perubahan wujud benda

Anak-anak suka memperhatikan perubahan wujud benda, seperti es yang mencair atau bahan yang berubah wujudnya karena dimasak.

  1. a.      Nilai sains bagi pengembangan kognitif anak

Mengacu pada perkembangan kognitif anak yang terpenting adalah bukan anak yang menyerap sebanyak-banyaknya pengetahuan, tetapi adalah bagaimana anak dapat mengingat dan mengendapkan yang diperolehnya, serta bagaimana ia dapat menggunakan konsep dan prinsip yang dipelajarinya itu dalam lingkup kehidupannya atau belajarnya. Jadi nilai yang sesungguhnya dari sifat pengembangan kognitif harus mengarah pada dua dimensi , yaitu dimensi isi dan dimensi proses.

Dalam dimensi pengembangan pembelajaran sains pada anak, hendaklah cara-cara dan tindakan guru terkontrol pada pendekatan-pendekatan yang mengarah pada tindakan yang benar. Ketepatan guru dalam melaksanakan tindakan-tindakan dalam pembelajaran akan berdampak positif pada anak, jaka pendek maupun jangka panjang yaitu bagi kehidupan anak kelak karena sesungguhnya pengalaman-pengalaman masa kecil merupakan indikator kehidupan seseorang dimasa depannya, kegiatan-kegiatan masa kecil seseorang merupakan simulasi bagi kehidupan dewasanya (Solehudin,1997)

 

  1. b.      Nilai sains bagi pengembangan afektif anak

Dimensi afeksi tidak dapat melekat kuat sebagai suatu dampak pembelajaran, jika diperkenalkan dan ditanamkan pada anak melalui sajian verbal semata, tetapi hendaklah diperkenalkan dan disajikan melaluiki keterlibatan anak dalam prilaku nyata, sehingga nilai afeksi yang dikembangkan merupakan suatu pola prilaku yang benar-benar diwujudkan dalam perbuatan. Pembelajaran sains sesuai dengan karakteristiknya banyak memberikan kesempatan pada anak untuk dapat mengekspresikan emosi pada duniany.

Dalam konteks belajar, kejadian-kejadian tersebut adalah yang lazim disebut dengan anak belajar dan berkembang dari lingkungannya. Begitu besarnya pengaruh kehidupan dan lingkungan anak terhadap pembentukan niali afeksi pada diri anak, maka tugas guru yang terpenting dalam pembalajaran sains adalah menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bermakna, menyentuh anak sehingga dapat menumbuh kembangkan afeksi anak secara positif ( Abruscato, 1982). Artinya dapat membentuk anak yang memilki jati diri dan sikap-sikap sebagai ilmuan.

  1. c.       Nilai sains bagi pengembangan psikomotorik anak

Nilai pengembangan pembelajaran sains berkontribusi positif pada kemajuan kognitif dan afeksi anak ,pengembangan pembelajaran sains yang melibatkan anak secara optimal akan mampu membantu perkembangan psikomotorik anak.terkait dengan sifat perkembangan psikomotorik ,biasanya mengarah pada tuntutan anak memiliki kesanggupan untuk menggerakan anggota tubuh dan bagian-bagiannya.ini diperuntukan agar anak dapat memanipulasi lingkungannya.pengembangan pembelajaran sains,dengan sifat-sifat yang melekat nya dapat membantu meningkatkan keterampilan psikomotorik anak.motorik kasar anak dapat berkembang melalui aktifitas sains sebagai pengganti, misal dengan cara membentuk bangunan dari pasir ,tanah,bercocok tanam bunga dll.sedangkan keterampilan motorik halus dapat dilakukan melalui aktifitas menggaris dengan pensil dan penggaris ,mengukur ,memilah benda-benda kasar atau halus,menggunting dll.pengalaman motorik akan banyak di peroleh anak melalui kegiatan sains ,dan sebaliknya kegiatan bersifat motoris dapat menjadi aktifitas sains yang benilai kognitif maupun afektif,artinya aktifitas motorik akan berkontribusi positif terhadap pembentukan kognitif dan afektif anak dan pengenalan  dan penguasaan sains.

NILAI SAINS BAGI PENGEMBANGAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR

ADAPTASI DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK DINI DI INDONESIA

Standard

ADAPTASI DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI DI INDONESIA

Image

  1. A.   Pengembangan Sains Berbasis Sosio-Kultural Dan Dinamika Lingkungan

Pengembangan pembelajaran sains harus dimulai pada ruang waktu, kesempatan, peluang dan celah-celah yang memungkinkan dan dapat dimanfaatkan (ditembus) oleh kita, terutama oleh pihak-pihak yang memang dipersiapkan dalam bidang ini.

Kesadaran akan keleluasaan sains tersebut harus disosialisasikan dan disebarkan pada seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat pendidikan disamping masyarakat lain pada umumnya. Dalam pengembangan pembelajaran sains, terdapat beberapa pertimbangan diantaranya:

  • Ø Sains sesungguhnya tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan, karena begitu banyaknya manfaat sains bagi kehidupan.
  • Ø Sosial-budaya, lingkungan dan pembangunan berkembang secara dinamis dan berlangsung secara terus menerus
  • Ø Pendidikan sains dapat membangun sikap ilmiah yang dapat menimbulkan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai yang ada di alam dan masyarakat sehingga menimbulkan sikap yang positif
  • Ø Pendidikan sains dapat membantu menggali keadaan lingkungan, pengaruhnya dan sumbangannya terhadap masyarakat dimana mereka berada
  • Ø Pendidikan sains dapat membantu dalam menyatukan cara pandang, berekspresi dan berprilaku seseorang atau sekelompok orang yang berlatar belakang berbeda
  • Ø Pendidikan sains memiliki potensi kuat untuk menyadarkan warga negara (khususnya anak) dalam hal keadaan lingkungan dan perubahannya.

Dengan program pengembangan pembelajaran sains yang mempertimbangkan sosial budaya dan dinamika lingkungan, maka akan menghasilkan produk yang bukan hanya cerdas dalam sains tetapi dapat membangun lingkungan dan daerahnya secara maksimal, karena program pengembangan pembelajaran sains menyatu dengan program pembangunan sosial-budaya dan lingkungannya.

Salah satu pilihan yang dianggap tepat adalah dengan menggunakan pendekatan STM (Sains, Teknologi dan Masyarakat) atau STS (Scienc, Technology, and Society). STM/STS adalah sutu inovasi dalam pengembangan pendidikan sains yang dipromosikan di Amerika Serikat sekitar tahun 1980 an sebagai suatu gerakan untuk mengatasikelemahan-kelemahan dalam program sains sebelumnya. Menurut Hadiat, 1984 STM/STS adalah pengajaran sains yang menekankan pada konsep-konsep sains serta peranan sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat, serta menumbuhkan rasa tanggung jawa sosial, terhadap dampak-dampaknya yang terjadi.

STM/STS mempunyai 4 kelompok sasaran:

  • Sains untuk memenuhi kebutuhan individu, artinya pendidikan sains digunakan untuk meningkatkan taraf hidup anak dan kemampuan antisipasi IPTEK yang berkembang
  • Sains diarahkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dan berkembang dalam masyarakat
  • Pendidikan sains harus mengembangkan kesadaran anak didik tentang lingkungan serta jenis-jenis sais yang dianggap sesuai dengan karir bidang teknologi yang sesuai dengan minat, dan bakatnya
  • Pendidikan sains memberikan kesempatan dan turut mempromosikan anak untuk dapat mengembangkan pendidikan sainsnya secara akademis maupun profesional

Adapun ciri-ciri program pembelajaran STM/STS diantaranya:

  1. Siswa mengidentifikasi maslah-masalah yang ada dilingkungannya
  2. Pembelajran menggunakan sumber-sumber yang ada guna memperoleh informasi yang digunakan dalam pemecahan masalah
  3. Keterlibatan siswa secara aktif didalam mencari informasi untuk pemecahan masalah yang timbul dalam masyarakat
  4. Perluasan untuk terjadinya belajar melebihi periode, kelas dan lingkungan sekolah
  5. Pandangan mengenai sains sebagai isi lebih dari sekedar bermuatan konsep-konsep dan untuk kepentingan penyelesaian tes atau ujian
  6. Penekanan pada keterampilan proses sains agar dapat digunakan oleh siswa dalam mencari solusi terhadap masalahnya
  7. Pendekatan pada kesadaran karir yang berhubungan dengan sais dan teknologi
  8. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan dalam masyarakat dalam usha untuk memecahkan masalah yang di identifikasinya
  9. Menentukan cara-cara sains dan teknologi mempengaruhi masa depan

10. Sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam kegiatan pembelajaran

  1. B.    Dilema dan Hambatan Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini

Dilema dan hambatan pengembangan sains pada AUD di Indonesia tidak hanya dihadapi oleh negara kita, tetapi juga banyak negara lainnya. Kairena pada umumnya sains merupakan transpalantasi dari pendidikan sains yang berasal di barat, karena merupakan proses transpalantasi, proses pertumbuhan sering menemui kendala yang bertautan dengan budaya dan kebiasaan setempat, lokal atau regional.

Kesadaran bahwa sains merupakan bagian dari kehidupan dan tidak dapat di pisahkan, apalagi dalam era kebebasan seperti saat ini. Tuntutan dan fenomena tersebut akan sangat mencolok pada daerah-daerah perkotaan terutama di kota-kota besar. Sekolah-sekolah yang berada di lingkungan elite dan perkotaan, cenderung sangat tinggi kemampuannya dalam menyerap sains bagi perkembangan anak-anak didiknya, dan akan amat kontras sekali apabila dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang berada di daerah dan desa-desa.

Hasilnya adalah terjadi berbagai kesenjangan antara lembaga pendidikan yang ada. Terjadi kesenjangan pengembangan pembelajaran sains antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, hngga muncul nya fenomena sekolah favorit dan sekolah pinggiran, sekolah unggul dan sekolah biasa. Hal tersebut secara umum berpengaruh pada proses dan produk pendidikan, khususnya pengembangan pembelajaran sains.

Dengan meninjau pelaksanaan pendidikan sains di Indonesia khususnya pendidikan anak usia dini, peengembangan pembelajaran sains masih terasing pada sebagian besar masyarakat, apalagi bila dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan teknologi yag setiap saat berubah dan melintas dihadapan kita.

Dilema dan hambartan pengembangan pembelajaran sains pada pendidikan anak usia dini, diantaranya:

  1. Masih beragamnya pemahaman dan kemampuan guru dalam konsep pengembangan pendidikan sains dan penerapannya pada pembelajaran di sekolah-sekolah dan lembaga-lemba PAUD
  2. Masih kurang kesadaran dan kemampuan para guru dalam memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran sains yang berada di lingkungan sekitar anak maupun sekolah.
  3. Masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang pembelajaran sains pada lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini, terutama pada lembaga-lembaga yang berada di daerah pedesaan
  4. Sebagian besar pengembangan pendidikan sains pada lembaga-lembaga PAUD masih sangat bersifat akademis, sehingga cenderung bersifat abstrak dan kurang bermakna bagi anak
  5. Masih rendahnya komitmen-pihak-pihak terkait dalam pengembangan pendidikan sains pada anak usia dini untuk turut bersama-sama dalam memajukan dan mempromosikan pengembangan pembelajaran sains yang benar pada jenjang ini
  6. Terdapat sejumlah perangkat sains terutama yang terkait dengan teknologi yang sulit diadakan oleh sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan anak usia dini
  7. Belum efektifnya dukungan kebijakan bahwa promosi dan pengembangan pembelajaran sains pada pendidikan anak usia dini betl-betul sesuatu yang mendasar dan amat penting, sehingga sulit mencapai konsistensi dalam perwujudannya.
  1. C.       Optimalisasi Peran Partisipan Dalam Pengembangan Pendidikan Sains Pada Anak Usia Dini

Pendidikan dan pengembangan pembelajaran sains pada anak harus memfokuskan tujuan pengembangannya pada tiga aspek utama yaitu pengetahuan (kognitif), proses (keterampilan), dan prilaku (emosi dan perasaan).

Fokus pengembangan pengetahuan (kognitif), maksudnya adalah sasaran pengembangan pembelajaran sains diarahkan agar anak menguasai konsep secara memadai tetapi bukan konsep yang bersifat abstrak sifatnya, melainkan lebih kongkrit dan bermakna. Fokus pada pengembangan proses (keterampilan) difasilitasi melalui pengalaman-pengalaman pengoperasan melalui alat fisik dan indranya secara langsung pada objek-objek sains sebagaimana yang telah dipahaminya. Sedangkan fokus pengembangan prilaku adalah berusaha membangkitkan perasaan yang terkait dengan segala sains yang dipelajarinya, sehingga sasaran sains yang digalinya menjadi lebih memiliki nilai dan sentuhan emosi sesuai taraf perkembangan anak usia dini.

Beberapa upaya yang terkait dan akan sangat bermanfaat dalam optimalisasi pengembangan pendidikan sains pada anak usia dini diantaranya:

  1. Kurikulum pemgembangan pembelajaran sains bagi anak usia dini dikembangkan terintegrasi
  2. Harusnya dilakukan upaya terus menerus untuk peningkatan mutu pengajar dan staf lainnya
  3. Dalam upaya meningkatkan peran masyarakat, khusunya orang tua
  4. Upaya pembuatan kebijakkan, promosi, publikasi kepada masyarakat potensial
  5. Masyarakat memilki peran juga mengubah lingkungannya sebelum mengajukan tuntutan perbaikan pendidikan sains dialamatkan pada guru
  6. Menyikapi semua tindakan yang dilakukan
  7. Pengembangan pembelajaran sains secara kontinyu dan konsisten
  8. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengidentifikasi bantuan pengembangan pembelajaran sains pada kelompok anak
  9. Mengembangkan keunggulan dalam pengembangan pembelajaran sains

10. Melakukan dan menganjurkan perintisan sekolah-sekolah yang berwawasan sains

sekolah dan sosialisasi

Standard

 

“SEKOLAH DAN SOSIALISASI”

 

 

 

 

 

 

  1. A.    PENGERTIAN SEKOLAH

 

  • Pengertian Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang penting, pada zaman dulu dan terlebih lagi pada zaman sekarang. Dewasa ini sekolah merupakan kebutuhan setiap orang untuk mendapatkan pendidikan dari sekolah. Sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi, walaupun sekolah merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan. Seorang anak akan mengalami perubahan dalam prilaku sosialnya setelah dia masuk ke sekolah.

Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang sejati berperan melaksanakan pembelajaran dan proses sosialisasi dengan mengacu pada empat pilar yaitu :

  • Belajar mengetahui (Learning to know)
  • Belajar melakukan (Learning to do)
  • Belajar menjadi diri sendiri (Learning to be)
  • Belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together).

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang diharapkan mampu melahirkan manusia yang seutuhnya yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).  (Razali, Ahmad dan Intan Pariwara 2010:11)

Dalam (mahmud, 2012:167-168) pengertian sekolah itu ada dua.  Pertama , lingkungan fisik dengan berbagai perlengkapan yang merupakan tempat penyelenggaraan proses pendidikan untuk usia dan kriteria tertentu.  Kedua, proses kegiatan belajar mengajar.

Philip robinson (1981) menyebut sekolah sebagai organisasi , yaitu unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu.sekolah sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu , yaitu memudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan.

 

C.E Bidwell dan B.Davies menyebut sekolah sebagai organisasi birokrasi. Weber menyebutkan enam prinsip birokrasi:

1)      Aturan dan prosedur yang tetap

2)      Hirarki jabatan yang dikaitkan dengan struktur pimpinan

3)      Arsip yang mendokumentasikan tindakan yang diambil

4)      Pendidikan khusus bagi berbagai fungsi dalam organisasi

5)      Struktur karier yang dapat dididentifikasi

6)      Metode-metode yang tidak bersifat pribadi dalam berurusan dengan pegawai dan klien di dalam birokrasi.

Jadi, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah adalah sebagai sebuah wadah atau lembaga dimana disana terjadi proses sosialisasi dan proses belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik.

 

  • Pengertian Sosialisasi

Secara umum sosialisasi dimaknai sebagai proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai sosial sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarkatnya.  (Razali, Ahmad dan Intan Pariwara 2010:9)

Ada beberap pengertian sosialisasi menurut para ahli, yaitu :

  • Kimball Young, sosialisasi ialah hubungan interaktif yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural, yang menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat.
  • Arti sosiologis dan psikologis dari sosialisasi adalah :
  1. Secara sosiologis, sosialisasi berarti belajar untuk menyesuaikan diri dengan mores (tata kelakuan), folkways (kebiasaan), tradisi, dan kecakapan-kecakapan kelompok.
  2. Secara psikologis, sosialisasi berarti atau mencakup kebiasaan-kebiasaan, perangai-perangai, ide-ide, sikap dan nilai.
  • Sosialisasi dalam arti sempit, merupakan proses bayi atau anak menempatkan dirinya dalam cara atau ragam budaya masyarakatnya.

(Gunawan, Ary H  2010:33)

Sosialisasi itu sendiri merupakan proses alamiah yang membimbing individu untuk mempelajari, memahami dan mempraktikkan nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat, sosialisasi memiliki urgensi yang begitu kuat terhadap keberlangsungan pendidikan bagi individu sebagai anggota masyarakat .

Menurut webstar , 1999) dalam hasbullah atau institusi/lembaga yang secara khusus didirikan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar atau pendidikan. Sebagai institusi, sekolah merupakan tempat untuk mengajar murid-murid, tempat untuk melatih dan member instruksi-instruksi tentang suatu lapangan keilmuan dan keterampilan tertentu kepada siswa. Tempat yang dinamakan sekolah itu merupakan satu kompleks bangunan, laboratorium, fasilitas fisik yang disediakan sebagai pusat kegiatan belajar dan mengajar. Berdasarkan pendapat itu maka sekolah mengandung dua makna, secara fisik sekolah terdiri dari bangunan-bangunan gedung dan laboratorium, jadi sekolah dalam artian material. Sedangkan yang nonfisik terdiri dari sistem-sistem hubungan antara mereka yang ditugaskan untuk mengajar (guru, pelatih dan lain-lain) dengan yang diajar (murid, siswa), jadi sekolah dalam artian spiritual.( Pdf , 2013 , 10 april 2013: 20.19).

 

B. FUNGSI PENDIDIKAN SEKOLAH

            Ada beberapa pendapat mengenai fungsi pendidikan sekolah. Pendapat-pendapat itu adalah:

  1. Memberantas kebodohan
  2. Memberantas salah pengertian

Secara positif, kedua fungsi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Menolong anak untuk menjadi melek huruf dan mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektualnya.
  2. Mengembangkan pengertian yang luas tentang manusia lain yang berbeda kebudayaan dan interestnya.

 

Gillin (2004:182), berpendapat bahwa fungsi pendidikan sekolah ialah penyesuaian diri anak dan stabilisasi masyarakat.

David popenoe (2004:182), mengemukakan pendapat yang lebih terperinci mengenai fungsi pendidikan sekolah. Menurut beliau ada empat macam fungsi itu, yaitu:

  1. Transmisi kebudayaan masyarakat
  2. Menolong individu memilih dan melakukan peranan sosialnya
  3. Menjamin integrasi social
  4. Sebagai sumber inovasi social

Broom & Selznick (2004:182), menambahkan satu fungsi lain. Menurut kedua penulis ini fungsi pendidikan sekolah ialah:

  1. Transmisi kebudayaan
  2. Integrasi social
  3. Inovasi
  4. Seleksi dan alokasi
  5. Mengembangkan kepribadian anak

Yang mirip dengan pendapat broom dan Selznick itu ialah pendapat yang dikemukakan oleh bachtiar rifai (2004:182). Menurut beliau tugas pendidikan sekolah ialah:

  1. Perkembangan kepribadian dan pembentukan kepribadian
  2. Transmisi cultural

Fungsi transmisi kebudayaan masyarakat kepada anak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

  1. Transmisi pengetahuan dan ketrampilan
  2. Transmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma

Transmisi pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang bahasa, system matematika, pengetahuan alam dan social, dan penemuan-penemuan teknologi. Dalam masyarakat industry yang kompleks, fungsi transmisi pengetahuan tersebut sangat penting sehingga proses belajar disekolah memakan waktu lebih lam, membutuhkan guru-guru dan lembaga khusus. Pengertian transmisi kebudayaan tidak hanya terbatas pada mengajarkan anak begaimana cara belajar, melainkan juga bagaimana menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru.

Disekolah, anak tidak hanya mempelajari pengetahuan dan ketrampilan, melainkan sikap, nilai-nilai dan norma-norma. Sebagian besar sikap dan nilai-nilai itu dipelajari secara informal melalui situasi formal dikelas dan disekolah.

 

 

 

  1. Integrasi social

Dalam masyarakat yang bersifat heterogin dan pluralistic, menjamin integrasi social merupakan fungsi pendidikan sekolah yang terpenting. Masyarakat Indonesia mengenal bermcam-macam suku bangsa masing-masing dengan adat istiadatnya sendiri bermacam0macam bahasa daerah, agama, pandangan politik, dan berbeda-beda taraf perkembanganya. Dalam keadaan demikian bahasa desintergrasi social sangat besar. Sebab itu tugas pendidikan sekolah yang terpenting ialah menjamin intergrasi social.

Untuk menjaga integrasi social adalah dengan cara sebagai berikut:

  1. Sekolah mengajarkan bahasa nasiona, yaitu bangsa Indonesia. Bahasa nasional ini memungkinkan komunikasi antara suku-suku dan golongan-golongan yang berbeda dalam masyarakat
  2. Sekolah mengajarkan pengalaman-pengalaman yang sama kepada anak melalui keseragaman kurikulum dan buku-buku pelajaran dan buku bacaan disekolah. Sekolah mengajarkan kepada anak corak kepribadian nasional melalui pelajaran sejarah, dan geografi nasional. Upacara-upacara bendera, peringatan hari besar nasional, lagu-lagu nasional dan sebagainya.
  3. Inovasi

Fungsi inovasi social lebih Nampak pada perguruan tinggi melalui kegiatan penelitianya, baik penelitian terpakai maupun penelitian dasar. Penelitian diperguruan tinggi menemukan hal-hal yang baru yang dapat menimbulkan pembaharuan dalam masyarakat baik inovasi dalam lapangan teknologi, kemjuan ilmu pengetahuan maupun kehidupan masyarakat.

Fungsi inovasi social juga terdapat pada smp dan sd, melalui pendidikan disekolah kepada msyarakat disekelilingnya, sekoah mengajarkan tentang kesehatan lingkungan gizi dan lain sebagainya.

  1. Perkembangan kepribadian anak

            Disekolah selain mengejarkan pengetahuan yang bertujuan mempengaruhi perkembangan intelek anak, melainkan juga memperhatikan perkembangan jasmaninya melalui program olahraga dan kesehatan. Sekolah juga memperhatikan perkembangan watak anak melalui latihan kebiasaan dan tat tertib, pendidikan agama dan budi pekerti, dan sebagainya.

            Dapat disimpulkan bahwa, pendidikan disekolah berfungsi memperkembangkan kepribadian anak secara keseluruhan. Sebab itu dalam sekolah modern, pendidikan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab guru saja,melainkan semua pihak seperti konselor, perawat dan dokter sekolah, school psikologis dan lain sebagainya.

  1. Kebudayaan sekolah

Sekolah merupakan salah asatu institusi social yang mempengaruhi proses sosialisasi berfungsi mewarisakan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu system social yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi social diantara para anggotanya yang bersifat unik pula. Ini disebut sebagai kebudayaan sekolah. Sekolah mengajarkan hal-hal yang belum dipelajari dalam keluarga dan kelompok  bermain. Pendidikan formal mempersiapkan diri seseorang untuk menguasai peranan-peranan baru dikemudian hari, saat seseorang tidak lagi menggantungkan diri pada orang tuanya.

Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsure penting yaitu:

  1. Letak lingkungan, prasarana fisik sekolah.
  2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
  3. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa, guru, non teaching specialist, dan tenaga administrasi. Nilai-nilai norma, system peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
    1. Pra-seleksi dan pra-alokasi tenaga kerja

 

  1. C.    DILEMA PENDIDIKAN SEKOLAH

Dilema atau permasalahan dalam pendidikan sekolah banyak ditemui pada saat sekarang ini. Dilema ini muncul akibat tidak sejalannya pendidikan formal, informal dan non formal dan tidak bekerja sama dengan baik sehingga tidak memiliki visi misi yang sama untuk memajukan pendidikan.

Berikut ini adalah permasalahan/dilema yang banyak terjadi disekolah antara lain yaitu :

  1. Bolos sekolah

Bolos merupakan permasalahan yang paling sering terjadi di sekolah, dimulai dari tidak mengikuti proses pembelajaran (mata pembelajaran) tertentu hingga tidak datang ke sekolah. Setiap sekolah memiliki kebijakan masing-masing dalam menangani masalah, seperti absensi sekolah ataupun absensi kehadiran.

  1. Narkoba

Pergaulan yang dapat menyebabkan peserta didik dimana ketika itu rasa keingin tahuan yang tinggi membuat peserta didik untuk mencoba-coba barang-barang terlarang seperti zat adiktif ataupun obat-obatan terlarang. Dalam hal ini tidak hanya faktor internal, melainkan faktor eksternal yang dapat menyebabkan peserta didik terjerumus ke dalam hal-hal yang demikian sehingga anak tersebut terjerumus kedalam pergaulan bebas.

  1. Tawuran

Permasalahan-permasalahan seperti ini seringkali dihadapi oleh peserta didik di tingkat SMA, peserta didik yang melakukan tindakan yang menyimpang  seperti tawuran ini karena mereka merasa dirinya hebat dan dianggap jagoan, yang mana menganggap membela nama sekolah.

  1. Bullying

Didalam pendidikan di sekolah pasti ada yang diatas dan ada juga yang dibawah dalam istilah ada senior dan ada juga junior, dengan adanya label seperti itu dapat menyebabkan Bullying dapat terjadi. Dimana dalam hal ini senior ingin dihargai oleh junior tetapi menggunakan cara yang salah. Tindakan seperti ini merupakan perilaku verbal dan nonverbal yang dapat membahayakan peserta didik bahkan perilakunya sendiri.

 

  1. D.    SEKOLAH SEBAGAI KONTEKS SOSIAL CULTURAL

Sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi sosial diantara para anggotannya yang bersifat unik pula dan ini yang dinamakan kebudayaan sekolah.

Menurut Hagighurst dan Neugarten (dalam Dimyanti Mahmud, 1989) kebudayaan sekolah dinyatakan sebagai berikut “a complex set of beliefs, values and traditions, ways of thiking and behaving” yang artinya serangkaian keyakinan, nilai – nilai dan tradisi, cara – cara berfikir dan berprilaku, hal ini bersifat khas dan membedakan sekolah dari lembaga – lembaga sosialisasi lainnya.

Kebudayaan sekolah itu terdiri dari bermacam – macam unsur yaitu :

  1. Phisik, seperti letak sekolah, lingkungan alam, bangunan dan alat – alat dan sebagainya.

b.      Non phisik, seperti kurikulum yang memuat berbagai macam ide dan fakta, kepala sekolah, guru – guru, karyawan dan murid – murid beserta cara – cara mereka berinterakssi dan nilai – nilai sistem peraturan dan iklim kehidupan sekolah.

 

  1. E.     SEKOLAH SEBAGAI SISTEM INTERAKSI

Dalam (mahmud, 2012:168-170) Talcott Parsons menyebutkan sekolah sebagai sistem, yang didalamnya terdiri atas berbagai subsistem . subsistem yang ada dalam sekolah berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Interaksi dalam sekolah berlangsung antara empat kategori manusia dan antara orang-orang dalam setiap kategori. Keempat kategori itu meliputi pimpinan sekolah , guru,pelajar,dan karyawan nonguru (sudardja,1988:ibid).

Dalam (Paul B.Horton,  1999:339-340) sekolah merupakan suatu sistem sosial yang didalamnya terdapat seperangkat hubungan yang mapan, yang menentukan apa yang terjadi disekolah.

 

  1. F.     KELAS DAN SISTEM SOSIAL
  2. Pengertian kelas

Dalam (mahmud, 2012:171-179) kelas adalah ruangan arsitektur tertentu juga sebagai ciri khas ruangan sekolah tempat kegiatan siswa dalam mengikuti proses pendidikan .

  1. Homogenitas sebagai karakter kelas

Pada umumnya setiap kelas memiliki ciri homogenitas ,diantaranya :

  • Dari segi usia peserta.: Warga kelas satu SD rata-rata , untuk indonesia adalah anak-anak yang berusia enam tahun.
  • Dari segi kemampuan: kemampuan mereka hampir rata..
  • Jenis kelamin : sekolah tertentu memberlakukan satu ketentuan bahwa warga sebuah kelas harus terdiri atas anak-anak perempuan semuanya atau laki-laki semuanya.
  • Kesamaan huruf awal nama siswa: contohnya untuk kelas A, sebuah sekolah menempatkan anak-anaknya yang nama depannya diawali dengan huruf a, untuk kelas B, adalah anak-anak yang nama depannya diawali huruf b, dan seterusnya.
  • Tingkat kecerdasannya: beberapa siswa yang memiliki kelebihan intelektual ditempatkan dalam satu kelas. Ini dianggap sebagai upaya mempertahankan kualitas dan mempertahankan bibit unggul.
  1. Pengaturan ruangan kelas

Secara umum, anak-anak di indonesia menulis dari kiri kekanan dan menggunakan tangan kanan. jika ruangan kelas berbentuk segi empat , tempat duduk para siswa di indonesia berderet dari depan kebelakang dan kesamping. Sementara itu posisi papan tulis diletakkan ditengah-tengahn antar sesamadan meja guru berada dipinggirnya,baik sebelah kanan atau sebelah kiri.

  1. Interaksi dan suasana dikelas.

Didalam kelas terjadi interaksi antara guru dan siswa dan siswa, siswa dan antar sesama. Interaksi ini bersifat intensif dan terprogram.interaksi tersebut menimbulkan efek terhadap proses pendidikan.

Secara umum, suasana kelas disekolah terbagi dua. Pertama ,  susana kelas yang hidup, suasana kelas yang hidup ditandai dengan para siswa yang aktif dan responsif .Kedua  suasana kelas yang mati, skelas yang mati ditandai dengan siswa yang suasana yang pasif.

 

“keyakinan guru akan potensi manusia dan kemampuan semua anak untuk belajar dan berpotensi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek teladan mental guru berdampak besar terhadap iklim siswa dan pemikiran pelajar yang diciptakan guru. Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh pada proses belajarnya” (DePorter,2002).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

 

 

Ahmadi, H.Abu.2007.Sosiologi Pendidikan.Jakarta : PT.Rineke Cipta.

Ahmadi , Abu. 2004.sosiologi pendidikan.jakarta: PT. Rineke Cipta

Gunawan, Ary H.2010.Sosiologi Pendidikan “suatu analisis sosiologi tentang pelbagai

          problem pendidikan.Jakarta : PT.Rineke Cipta.

Mahmud (2012),sosiologi pendidikan. Bandung.CV pustaka setia.

Razali, Ahmad dan Intan Pariwara.2010.Sosiologi.Klaten:PT.Intan Pariwara.

Vembrianto St.1993. sosiologi pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Pdf.10/04/2013 20:24

 

 

kesulitan belajar

Standard

 

 “KESULITAN BELAJAR PADA ANAK”

OLEH

 

KESULITAN BELAJAR PADA ANAK

  1. A.    PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR

Kesulitan belajar (learning disability) adalah istilah umum yang mengacu pada beragam kelompok gangguan yang terlihat pada kesulitan dalam menguasai dan menggunakan kemampuan mendengarkan , berbicara , membaca, menulis, atau kemampuan matematis.

Gangguan ini bersifat internal bagi bagi individu dan diperkirakan penyebabnya adalah tidak berfungsinya sistem saraf pusat, dapat muncul selama rentang kehidupan. Kesulitan-kesulitan dalam mengatur sikap siri sendiri, persepsi sosial dan interaksi sosial dapat terjadi bersamaan dengan kesulitan belajar namun tidakmerupakan suatu bentuk ketidakmampuan belajar dapat terjadi bersama-sama atau disertai dengan kondisi kecacaran (handicapped) lainnya, misalnya gngguan sensorik (sensory impairment) , terbelakang mental (mental retardation).

  1. B.     MACAM-MACAM KESULITAN BELAJAR

Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok; 1) Kesulitan belajar yang berhubungan daengan perkembangan (developmental learning disabilities), dan 2) Kesulitan belajar akademik (academic learnimg disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan menulis dan membaca.

Dari kedua kelompok kesulitan belajar tersebut dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.

  1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar:

a) Ada yang berat,

b) Ada yang sedang

  1. Dilihat dari bidang studi yang dipelajari:

a) Ada yang sebagian bidang studi,

b) Ada yang keseluruhan bidang studi

  1. Dilihat dari sifat kesulitannya:

a) Ada yang sifatnya permanen atau menetap,

b) Ada yang sifatnya hanya sementara

  1. Dilihat dari segi faktor penyebabnya:

a) Ada yang karena faktor inteligensi,

b) Ada yang karena faktor non inteligensi

  1. C.    KARAKTERISTIK ANAK BERKESULITAN BELAJAR
  2. Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
    1. Perkembangan membaca terlambat
    2. Kemampuan memahami bacaan rendah
    3. Kalau membaca sering banyak kesalahan
  3. Anak yang mengalami kesulitan menulis (disagrafia)
    1. Kalau menulis tulisan sering terlambat selesai.
    2. Sering salah menulis huruf b dengan p,p dengan q, v dengan u,2 dengan 5,6 dengan 9 dan sebagainya
    3. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca
    4. Tulisannya banyak salah/terbaik/huruf hilang
    5. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tidak bergaris
  4. Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkulia)
    1. Sulit mengoperasikan hitungan
    2. Sering salah membilang dengan urut
    3. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6,17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8 dan sebagainya.
    4. Sulit membedakan bangun-bangun.
  1. D.    MASALAH YANG DIHADAPI SISWA BERKESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH
  2. Masalah bahasa (language problems)

Voget mengatakan (1975) bahwasannya anak –anak yang tidak dapat membaca dengan baik disekolah mempunyai kesulitan bahasa.Terrell percaya, bila anak –anak dengan hambatan bahasa masuk sekolah, kesulitan belajar mereka dapat dikurangi dengan menekankan pada bacaan dan akuisi dan kemampuan akademis lainnya.

Masalah-masalah bahasa seringkali menyangkut kesulitan dalam mengatur bahasa untuk mendapatkan komunikasi yang efektif. Anak-anak yang seperti ini sering diseut dengan sebutan “backward” artinya terbelakang ,atau seperti “baby talk” berbicara seperti bayi.

  1. Masalah perhatian dan aktivitas (attention and activity problems)

Anak-anak yang masih kecil tidak dapat diharapkan memfokuskan perhatiannya pada suatu benda, peristiwa atau orang dalam waktu yang lama. Anak-anak sekolah taman kanak-kanak biasanya masih belajar untuk “mengabaikan” informasi.guru yang efektif harus memiliki kepekaan terhadap anak-anak.  Sebagian anak yang terus-menerus tidak dapat memusatkan perhatian akan dianggap mempunyai masalah-masalah perhatian (attention problem).

  1. Masalah daya ingat

Dalam penelitian Swanson (1990) melakukan test terhadap kemampuan memeori anak , mereka bisa membedakan antara anak yang mempunyai hambatan belajar dan yang tidak.berkurangnya fungsi memory pada anak yang mengalami hambatan belajar berkaitan dengan tidak adanya strategi memory yang efektif.

  1. Masalah kognisi (cognitive problems)

Anak-anak berkesulitan belajar sering memunculkan sikap di dalam kelas yang menunjukkan kurang kemampuan dalam menganalisis, membuat perencanaan dan pengaturan dalam suatu masalah.

  1. Masalah sosial dan emosi (social dan emotional problems)

Kesulitan yang memungkinkan lainnya bagi masalah-masalah sosial dan emosi yang dihadapi anak berkesulitan. Mereka salh menafsirkan kimunikasi emosional dan sosial dari orang lain. Mereka juga tidak memahami dampak dari sikapnya sendiri pada orang lain.

  1. E.     CARA MEMBANTU ANAK BERKESULITAN BELAJAR DIKELAS INKLUSIF

Cara-cara yang praktis dalam pembelajaran kepada seluruh anak ialah:

  1. Strategi pembelajaran untuk anak dengan masalh perhatian/konsentrasi
    1. Ubahlah cara mengajarka dan jumlah materi baru yang akan diajarkan.
    2. Adakan pertemuan dengan anak.
    3. Bimbingan anak lebih dekat ke proses pembelajaran
    4. Berikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang
    5. Utamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan menyelasaikan tugas
    6. Ajarkan self –monitoring of attention.
    7. Strategi pembelajaran untuk anak dengan masalah daya ingat  (memory)
      1. Ajarkan menggunakan highlighting untuk membantu memancing ingatan.

Contoh penerapan highlighting kepada anak dengan dengan me-review satu materi bacaan dari buku teks mungkin sangat membantu.

  1. Ajarkan anak yang bermasalah dengan daya ingat untuk berlatih mengulang dan mengingat
  2. Strategi pembelajaran untuk anak dengan masalah kognisi
    1. Berikan materi yang dipelajari dalam konteks”highmeaning”.
    2. Menunda ujian akhir dan penilaian.
    3. Tempatkan anak dalam konteks pembelajaran yang “tidak pernah gagal”.
    4. Strategi pembelajaran untuk anak dengan masalah sosial dan emosional
      1. Buatlah sistem penghargaan kelas yang dapat diterima dan diakses
      2. Membentuk kesadaran tentang diri dan orang lain
      3. Mengajarkan sikap positif
      4. Strategi lain dalam membantu anak berkesulitan belajar

Beberapa strategi lainnya dalam membantu anak berkesulitan belajar yang dapat memberikan keberhasilan pembelajaran yang lebih besar , seperti dibawah ini:

  1. Mencari dan memantapkan kekuatan anak
  2. Menyediakan struktur dan petunjuk yang jelas. Serta memastikan bahwa anak memberi harapan guru
  3. Bersikap fleksibel dengan prosedur diruang kelas (misalnya, mengizinkan pemakaian tape recorder dan kalkulator)
  4. Menggunakan materi yang dapat dikoreksi sendiri
  5. Menggunakan computer dan teknologi lainnya
  6. Anak dan kesulitan belajar sering memerlukan waktu untuk tumbuh dan dewasa-bersabarlah.

Suatu model inklusi bagi anak berkesulitan belajar yang dicontohkan oleh the corvalis , montana ,project , menjelaskan bahwa proyek tersebut menerapakan ssuatu program inklusi yang telah diangkat sebagai model program,meliputi komponen-komponen berikut:

  1. Layanan konsultatif

Guru bersama-sama memutuskan perubahan dan adaptasi yang diperlukan untuk mempermudahkeberhasilan anak

  1. Pembelajaran tim

Usaha-usaha kerjasama bisa berbentuk salah seorang guru mengajarkan materi pelajaran, sementara yang lainnya, memenuhi perhatian individual agar mendapat keuntungan dari pelajaran.

  1. Sesi tutorial

Sesi –sesi proses pembelajaran individual dan kelompok kecil diberikan bagi anak-anak berkesulitan belajar atau yang mengalami hambatan perkembangan lainnya.

  1. Pembelajaran lintas kurikulum

Guru dari kelas yang berbeda bekerja sama dalam membuat acara-acara sekolah seperti anak dari berbagai usia, juga dari tingkat kemampuan yang berbeda, dilibatkan dalam kegiatan ini.

  1. Pembelajaran kooperatif

Bekerja sama dalam kelompok akan mendorong perkembangan kemampuan sosial dan komunikasi anak-anak,pembelajaran kooperatif ini sangat tepat untuk menciptakan sifat toleransi pada anak-anak dan merasakan manfaat dari usaha bersama.

  1. Tutor sebaya

Agar memperkokoh hubungsn di dalam kelas.

  1. Alat bantu (assistive technology)

Alat bantu ini bisa berupa alat bantu dasar seperti : sendok  dan baki , sehingga anak dengan hambatan fisik kategori berat dapat makan dengan baik dan menggunakan peralatan komputer dengan lancar.

  1. Pembelajaran dengan bantuan komputer( computer-assisted intruction).

Komputer terbukti berperan dalam membantu anak penyandang hambatan agar mereka dapat belajar lebih efektif.Perangkatkeras dan lunak komputer dapat berguna dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif bagi anak-anak berkesulitan belajar dan yang mengalami hambatan lainnya.

Beberapa fungsi komputer yang dapat meningkatkan proses pembelajaran yang lebih berhasil antara lain:

  1. Menyediakan tahapan tutorial matematika serta pelatihan dan praktik matematika
  2. Memberikan latihan dan praktik ejaan , serta fungsi cek ejaan
  3. Meningkatkan kelancaran menulis dengan memberikan revisi secara mudah
  4. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan tata cara berfikir yang lebih tinggi melalui latihan dan simulasi .


 

DAFTAR PUSTAKA

Sumekar, Ganda.(2009). Anak Berkebutuhan Khusus (Cara Membantu Mereka Agar Berhasil       Dalam Pendidikan Inklusif),Padang:UNP Press.

Abdurrahman, Mulyono.(2003). Pendidikan bagi anak berkebutuhan belajar. Jakarta:Rineka Cipta

Aside

PERMAINAN DENGAN MELEMPAR

               Melempar bola ke tong

Melempar adalah membuang sejauh mungkin atau sejauh batas yang diberikan.

Tujuan permainan       : keterampilan melempar sambil memfokuskan konsentrasi anak sehingga                ketepatan bola bisa masuk ke dalam tong yang disediakan. kedalam tong sampah.

Jumlah peserta             :2 kelompok yang terbagi dari beberapa orang

Alat yang dipakai         : bola ukuran sedang , 2 buah tong sampah ukurang besar, 2 buah kardus

Tempat                                    : lapangan

Peraturan permainan    :Dalam permainan ini para pemain harus fokus mendengar aba-aba dari instruktur agar mereka bisa melakukan apa yang diperintahkan oleh instruktur., apabila mereka tidak mendengarkan aba-aba dan melakukan yang diperintahkan oleh instruktur mereka akan mendapatkan hukuman yang telah ditentukan.

Unsur yang terkandung dalam permainan:

  1. Kognitif

Nilai kognitif yang terkandung dalam permainan ini, yaitu dalam permainan anak-anak berfikir agar ia bisa memasukkan bola yang di lempar kedalam tong, dan berusaha menjadi yang terbaik dari teman-temannnya.

  1. Afektif

Nilai afektif yang terkandung didalam permainan ini yaitu peserta melakukan interaksi dengan tema yang satu dengan teman yang lainnya. Dalam artian adanya kerjasama yang baik dengan teman sekolompok bermain dan berusaha untuk menjadi pemenang.

  1. Psikomotor

Nilai psikomotor dalam permainan ini yaitu unsur gerakan tangan dari lemparan bola yang dilakukan oleh anak.

Posisi awal:

Anak dikumpulkan dilapangan dan berkumpul 4 -5 orang dalam  satu kelompok ,

dan dua buah kardus yang berisi bola di letakkan ditempat yang bebas dilapangan , tidak jauh dari kardus yang berisi bola diletakkan 2 buah rong sampah.

 

Pelaksanaan:

Anak mengambil posisi mereka berdiri di masing-masing tempat , lalu satu orang anak dari masing-masing kelompok memiliki kesempatan 5 kali lemparan terhadap tong, dan seseorang menjaga tong harus tetap fokus agar bola yang dilempar bisa masuk ke dalam tong, dan tetap berusaha agar bola tersebut bisa masuk kedalam tong , jika bola yang ada di dalam kardus habis / bola yang disediakan stoknya habis, maka tugsa selanjutnya ialah menghitung bersama-sama siapakah dari kedua tim yang melempar bola paling banyak dan tetap memasukkan pada tong tersebut.

Hukuman bagi yang kalah:

Hukuman bagi yang kalah khusus pada anak usia dini, hukuman yang diberikan tidak memberatkan pada anak , pada kegiatan ini anak-anak yang kalah ialah saling memiji pundak temannya secara bergantian.

Pengembangan permainan:

Pengembangan permainan berikutnya adalah , kegiatan melempar dan memasukkan kedalam tong dapat dilakukan dengan cara,orang yang melempar bola disilangi, yang tadinya memiliki arah yang sama sekarang bersilangan. Bgitu seterusnya mengikuti proseduryang diatas.

PERMAINAN DENGAN MELEMPAR                Melempar bola ke tong