Daily Archives: May 21, 2013

ANALISIS KEBUTUHAN KERJASAMA ORANG TUA DAN GURU DI LEMBAGA PAUD

Standard

Analisis Kebutuhan Kerjasama Orangtua dan Guru di Lembaga PAUD

Image

A.Perencanaan

Menurut pengertiannya, perencanaan merupakan suatu strategi untuk mencapai suatu sasaran yang hendak dicapai. Karena itu perencanaan harus dibuat diawal suatu kegiatan tanpa menutup kemungkinanan untuk mengadakan perbaikan atau penyempurnaan ketika kegiatan itu dilaksanakan.

Pihak sekolah harus dapat merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam kurun waktu satu tahun, dengan peserta didiknya yang melibatkan peranan orangtua dan kolaborasi orangtua dan guru.

Guru dan orangtua siswa adalah dua aspek yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya adalah mitra sejajar yang berperan sangat penting dalam pendidikan seorang anak. Sekolah tidak mampu berjalan sendirian, orangtua pun tidak bisa berjalan sendiri melaksanakan pendidikan untuk anak-anaknya. Disinilah kemitraan itu dibangun, yang berupa kolaborasi dan komunikasi yang efektif.

Contoh pelaksanaan perencanaan  kolaborasi di PAUD :

Image

  1. Kegiatan awal tahun
  • Penerimaan murid baru, hal ini dimaksudkan untuk mendata murid yang masuk kesekolah tersebut serta menjalin kerjasama dengan orangtua untuk mengetahui latar belakang kehidupan anak
  • Pihak sekolah membagikan semacam angket partisipasi orangtua dengan maksud untuk mendapatkan gambaran tentang tipe orangtua apakah orangtua itu mau berperan langsung atau justru bersifat pasif karena keterbatasan waktu yang dimilikinya.
  • Pertemuan awal tahun, menjelaskan tentang kegiatan yang ada disekolah tersebut baik kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik, selain itu juga mengeratkan hubungan antara guru dan orangtua serta memperkenalkan seluruh komponen sekolah kepada orangtua.
  1. Kegiatan pertengahan tahun
  • Mengedarkan surat kabar sekolah ( newsletter  ) yang berisi seputar aktivitas dan kegiatan yang akan diselenggarakan sekolah dengan maksud memberi tahu orangtua anak.
  • Laporan perkembangan anak baik bersifat mingguan, bulanan, maupun semester, itu merupakan suatu cara yang digunakan sekolah agar orangtua dapat mengetahui perkembangan anaknya dan membantu proses belajar serta orangtua dapat bekerja sama untuk memotivasi belajar anak
  • Mengadakan workshop orangtua yang berisi tentang bagaimana guru mengajarkan sebuah program belajar kepada anak dikelas, misalnya mengajarkan konsep bilangan genap dan ganjil 1 sampai 10 yang bertujuan agar terjadinya keselarasan sistem pengajaran antara rumah dan sekolah
  • Mengadakan kunjungan orangtua ke kelas ( Parent day ), sekolah dapat mengadakan program kunjungan satu hari orang tua ke sekolah dengan tujuan agar orang tua bisa mengamati apa yang dilakukan anaknya dikelas dan bagaimana anaknya berinteraksi dengan guru dan teman sebayanya.
  • Pameran kegiatan anak, misalnya anak menunjukan hasil pekerjaan atau kerajinan seni prakaryanya yang selama ini dilakukan anak dikelas. Dengan tujuan menunjukkan karya anak kepada orangtua dan agar orangtua dapat mengapresiasi hasil karya anak.
  • Buku komunikasi yang merupakan jembatan komunikasi antara guru dan orang tua tentang anaknya dalam bentuk laporan harian yang lebih informal.
  • Case conference meruapakan rapat atau konferensi tentang kasus. Biasanya digunakan dalam bimbingan dan konseling, dengan tujuan mencari jalan yang paling tepat agar masalah anak didik dapat diatasi dengan baik.
  • Kunjungan Rumah, agar terjalin kerjasama dan silaturahmi antara orangtua dan guru yang tidak hanya disekolah saja, serta memberikan pemikiran positif pada anak bahwa sekolahnya selalu memperhatikannya.
  1. Kegiatan akhir tahun ajaran
  • Rapat internal guru kelas dan orang tua murid, pertemuan ini biasanya diadakan pada saat akhir semester dimana guru menyampaikan laporan tertulis tentang perkembangan siswa (Report Book).
  • Karya Wisata dengan melibatkan guru dan orangtua murid, dengan maksud tetap menjalin kehangatan silaturahmi antara guru, murid, dan orangtua.
  1. B.  Pelaksanaan

Dalam melaksanakan program – program yang telah dirancang guru dan orangtua, diperlukan koordinasi kerja  dari personil – personil yang terlibat. Setiap personilnya harus tahu tugas dan tanggung jawab yang harus diembannya dalam rangka pelaksanaan program hubungan sekolah dan orangtua tersebut. Dalam melaksanakan program – program tersebut juga memerlukan teknik pelaksaan atau aplikasi dari setiap program tersebut, jangan sampai program – program tersebut hanya dirancang namun pelaksaannya btidak sesuai atau tidak mencapai tujuan yang seharusnya dicapai dalam program tersebut. Suatu pelaksaan membutuhkan kemampuan atau keterampilan tersendiri diantaranya keterampilan, mengelola kepemimpinan, praktek dalam setiap tahapan kegiatan.

Dalam menjalankan dan melibatkan orangtua dalam lembaga pendidikan PAUD agar dapat berjalan optimal diantaranya :

  • Tetap berpegang pada perencanaan yang telah dibuat
  • Pihak – pihak yang terlibat harus mempersiapkan diri dalam menjalankan tugasnya
  • Semua kebutuhan harus dipersiapkan dari awal
  • Seandainya perlu, lakukan gladi resik
  • Harus peka tehadap segala kemungkinan yang terjadi
  • Lakukan koordinasi lapangan dan penanggungjawab dalam pengambilan keputusan yang diperlukan
  • Jangan mengabaikan masalah – masalah kecil yang terjadi

C. Evaluasi

Untuk melihat efektivitas dan efisien program hubungan sekolah dan orangtua, diperlukan evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses kegiatan penilaian terhadap kegiatan – kegiatan yang berjalan dan terhadap hasil yang dicapai. Evaluasi juga menjadi tolak ukur untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.  Dengan begitu semua masukan – masukan diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan hubungan orangtua dan sekolah.

Implikasinya di dalam kolaborasi guru dan orangtua adalah :

  • Terlaksana atau tidaknya suatu perencanaan
  • Tercapai atau tidaknya tujuan kolaborasi

Cara melakukan evaluasi program keterlibatan otangtua di lembaga TK yaitu melakukan review kegiatan secara menyeluruh baik sebelum, sedang, maupun sesudah program. Evaluasi ini dapat dilakukan secara formal dan informal.

PELAYANAN KONSELING DAN PENGEMBANGAN DIRI SISWA

Standard

PELAYANAN KONSELING DAN PENGEMBANGAN DIRI SISWA

Image

  1. Program Pelayanan Bimbingan Konseling di Sekolah
  2. Makna  dan Tujuan Program

Program bimbingan dan konseling merupakan rangkaian kegiatan yang terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode tertentu(Winkel, 1881). Prayitno (2000) memberikan makna; program ini memuat unsure – unsure yang terdapat dalam berbagai ketentuan tentang pelaksaan BK dan berorientasi pada pencapaian tujaun pelayanan BK di sekolah.

Jadi, program BK adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan yang terencana, diorganisisr secara baik dan dalam pelaksanaanya dikoordinir dengan penuh tanggung jawab. Tujuan program BK di sekolah adalah agara kegiatan BK di sekoalah terlaksana dengan lancer, efektif dan efesien, hasil pelaksanaa kegiatan dapat dinilai, akuntabilitas BK dapat  ditegakkan.

  1. Jenis dan Komponen / unsure – unsure program untuk masing – masing jenis :

1)      Jenis Program BK yaitu program tahunan, program semester, program bulanan, dan program harian

2)      Unsure – unsure yang harus termuat dalam program

  • Program tahunan unsure – unsurnya : nama sekolah, kelas, tahun ajaran, nama konselor/ guru pembimbing, kegiatan, bidang pengembangan, dan materi bidang pengembangan
  • Program semester, unsure – unsurnya : nama sekolah, kelas, tahun ajaran, nama konselor/ guru pembimbing, kegiatan, bidang pengembang, materi bidang pengembangan, dan semester
  • Program bulanan, unsure – unsurnya : nama sekolah, kelas, tahun ajaran, nama konselor/guru pembimbing, kegiatan, bidang pengembangan, materi  bidang pengembangan, semester dan bulan
  • Program mingguan, unsure – unsurnya : nama sekolah, kelas, bulan, minggu, tahun ajaran, nama konselor/ guru pembimbing, kegiatan, bidang pengembangan dan materi bidang pengembangan
  • Program harian (SATLAN/SATKUNG), unsure – unsurnya : nama sekolah, kelas, bulan, mingguan, tahun ajaran, nama konselor/guru bimbingan, tanggal/ waktu, jam pembimbing, sasaran kegiatan, kegiatan layanan/pendukung, materi kegiatan, alat bantu, tempat, pelaksaan, dan keterangan

 

 Image

  1. Penyusunan Program

1)      Program pelayanan BK disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) uang diperoleh melalui aplikasi instrument ( pengumpulan data dengan menggunakan instrument)

2)      Substansi program pelayanan BK meliputi keempat bidang pengembangan, 9 jenis layanan dan 6 kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan dan volume / beban tugas konselor.

  1. Pelaksanaan Program

Program harian (SATLAN/SATKUNG) yang sudah dirancang dengan jelas dan rinci harus diimplementasikan ke dalam kegiatan sehari – hari. Dalam panduan pengembangan diri (2006) dikemukakan pelaksaan kegiatan pelayanan konseling.

  1. Bidang Pengembangan Pelayanan Bimbingan Konseling
  • Bidang pengembangan kehidupan pribadi yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistic.
  • Bidang pengambangan kehidupan social, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan social yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga dan warfa lingkungan social yang lebih luas.
  • Bidang pengambangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
  • Bidang pengembangan karir, yanitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
  1. Jenis Layanan Bimbingan Konseling
  2. Layanan orientasi,

yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekoalh/madrasah dan objek – objek yang dipelajari untuk menyesuaian diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.

 

  1. Layanan informasi

yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, social, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan.

  1. Layanan penempatan dan penyaluran

yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kulikuler.

  1. Layanan penguasaan konten

yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasau konten tertentu, terutama kompetensi dan kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

  1. Layanan konseling perorangan

Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.

layanan yang membantu peserta didik dalam mengembangkan pribadi, kemampuan hubungan social, kegiatan belajar, karir, jabatan, dan pengambilan keputusan serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

  1. Layanan konseling kelompok

yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan maslah pribadi melalui dinamika kelompok

  1. Layanan konsultasi

Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain. layanan yang membantu peserta didik atau pihak lain yang memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara – cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik atau pihak ketiga.

  1. Layanan mediasi

yaitu layanan yang membantu peserta peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.

 

  1. Kegiatan Pendukung Pelayanan Bimbingan Konseling
  2. Aplikasi instrument, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui apliaksi berbagai instrumen, baik yang berbentuk tes maupun non tes.
  3. Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
  4. Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak – pihak yang dapat memberikan data.

STRATEGI MENGOPTIMALKAN PROGRAM PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Standard

STRATEGI MENGOPTIMALKAN PROGRAM PEMBELAJRAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Image

Berbagai kendala yang terinfenteransir diantaranya:

  1. Keterbatasan sarana dan prasarana sebagai penunjang terselenggaranya pembelajaran sains yang efektif dilembaga-lembaga pendidikan usia dini yang ada di indonesia.
  2. Keterbatasan kemampuan sekolah dalam mengelola berbagai potensi dan sumber yang tersedia.
  3. Secara khusus terletak pada masih rendahnya motivasi kreativitas guru dalam menyelenggarakan pembelajaran sains meskipun kadang alasan sebenarnya sulit ditemukan, tetapi memang sangat banyak hal yang memnungkinkan menjadi penyebabnya.

Strategi atau cara-cara untuk mengoptimalkan pembelajaran sains dan mengurangi kelemahan dari bergabai kendala diatas diantaranya:

  1. a.    Pengembangan sudut (area) sains secara terintegrasi (menyatu)

Jika ruangan terbatas, maka sudut yang dubuat cukup satu saja, yaitu sudut IPA. Tidak dipisah menjadi sudut biologi, fisika, dan sebagainya. Dengan demikian dari sisi pemanfaatan ruang akan menjadi efisien dalam penyajiannya dapat di tampilkan secara keseluruhan masih terkait sains, ataupun secara bergiliran.

Dengan model penyajian  secara terintegrasi, tidak ada alasan bagi sekolah manapun untuk menghindari mengembangkan pembelajaran sains secara lebih baik kepada anak-anak yang bersekilah pada lembaganya.

  1. b.    Pembuatan kebun sekolah

Dengan penyediaan kebun sekolah, maka memperkenalkan sains kepada mereka tidak perlu jauh-jauh, di samping itu pembelajaran sains akan menjadi lebih nyata dan efesien, karena jarak antara sekolah dan kebun relatif berdekatan. ketersediaan kebun sekolah merupakan medium yang efektif bagi demontrasi berbagai konsep dan kajian sains yang seharusnya di kuasai oleh anak, dengan kata lain kebun sekolah merupakan laboratorium alamiah. Keberadaan kebun sekolah akan menjadikan sekolah lebih segar dari asri lingkungannya

Pertimbangan utama yang harus di fikirkan dalam pengembangan kebun sekolah untuk pembelajaran sains adalah bagaimana menyesuaikan desain kebun sekolah dengan keadaan sekolah.

Keadaan yang perlu mendapatkan perhatian agar sesuai dengan sekolah:

  1. keseimbangan isi atau tumbuhan yang di tanam, baik jenis maupun kaitannya dengan materi pembelajaran sains hendaklah tanaman atau tumbuhan yang di pilih di usahakan sesuai dengan pokok-pokok pembelajaran sains yang akan di sampaikan kepada anak
  2. keharmonisan antar tanaman, cara menanam dan tinggi rendah tanaman yang di tanam di kebun sekolah
  3. kaitannya dengan karakteristik anak, misalkan: kemampuan anak merawat, ketinggian anak menjangkau tanaman, kemampuan anak mengobservasi tanaman,dsb
  4. kemungkinan mempertegas identitas tanaman, misalkan: dengan memberi label tanaman dengan informasi nama, umur, asal,dsb
  5. kemungkinan priode pergantian,misalkan: tanaman-tanaman yang berumur pendek, seperti sayur dan bunga.
  6. melibatkan anak dalam kegiatan.
  1. c.     Pemanfaatan sumber belajar yan g tesedia dan terjangkau

Sumber belajar untuk sains sangat melimpah asalkan para guru mau menggali dan mengangkat sumber belajar yang tersedia dilingkungan sekolah seperti bumbu dapur, kerikil, rumput-rumput, daun-daun, tanah, air disekitar sekolah dan rumah merupakan hal mendasar yang merupakan bagian dari pembelajaran sains yang dapat bahkan harus diperkenalkan kepada anak.

Jadi dapat dikatakan sesungguhnya lingkungan anak merupakan laboratorium alami sains yang dapat menggiring anak ke arah pengenalan sains yang menyeluruh dan utuh mengabaikan segala sumber belajar sains yang dekat, justru akan menjadikan pembelajaran sains menjadi kurang bermakna dan fungsional bagi anak.

  1. d.    Peningkatan kemampuan dan kreativitas guru sains

Bekal kemampuan dan kreativitas yang tinggi akan mampu memfasilitasi dan menemukan cara-cara yang produktif dalam mendongkrak pengenalan dan penguasaan sains pada anak usia dini. Untuk itu kata kunci agar optimalisasi pembelajaran sains pada anak usia dini dapat dicapai maka secara simultan dan konsisten dari waktu ke waktu guru hendaklah senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam membelajarkan sains pada anak-anak sehingga ditemukan cara-cara yang peling efektif dalam mewujudkan segala tujuan dari pembelajaran sains yang diharapkan.

  1. e.    Peningkatan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan anak

Salah satu keterampilanyang sangat besar pengaruhnya bagi penguasaan sains oleh anak-anak, kemampuan guru dalam mengkomunikasikan sains kepada anak-anak. Terdapat tiga bentuk yang terkait dengan komunikasi sains kepada anak-anak yaitu:

  • Kemampuan guru dalam menyederhanakan konsep sains, maksudnya adalah guru selayaknya mampu mengemas pesan-pesan sains secara sederhana kepada anak. Sederhananya kemasan pesan akan memudahkan anak dalam menguasai sains.
  • Kemampuan dalam mendekatkan anak pada sains, maksudnya adalah kemampuan guru dalam mencari cara atau media komunikasi yang sesuai dengan karakteristik anak.
  • Kemampuan guru dalam memahami ungkapan (ekspresi) sains yang ditampilkan anak. Dengan demikian komunikasi akan efektif jika guru mampu mengungkap pesan-pesan yang disajikan anak, bagi guru pemula memang kadang kesulitan menangkap pesan anak secara baik karena terkadang bahasa anak bersifat miltifrase (menimbullkan banyak arti). Apabila salah menafsirkan, maka akan menimbulkan kegagalan berkomunikasi dengan mereka, untuk itu pelajarilah cara-cara dan bagaimana anak berekspresi. Jadi guru yang harus pandai menangkap pesan anak bukan sebaliknya, tetapi justru jika anak tidak mampu menangkap pesan guru bergegaslah guru mencari cara-cara lain untuk memperjelas apa-apa yang akan dikomunikasikannya.
  1. f.     Membangun hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat potensial

Berbagai keterbatasan yang dihadapi sekolah sesungguhnya dapat dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang dianggap potensial membantu salah satunya adalah orang tua. Jika sekolah secara nyata memang dihadapkan pada berbagai keterbatasan, sebaiknya pihak pertama yang dikontak oleh sekolah adalah orang tua. Dengan kejujuran dan keterbukaan, maka ulur tangan orang tua akan semakin terbuka.

Beberapa keuntungan jika pelibatan orang tua dapat dikelola secara baik, diantaranya:

  1. Keuntungan bagi orang tua atau keluarga anak, diantaranya:
  • Mengembangkan rasa memiliki atas program atau kurikulum sekolah
  • Dapat melihat bagaimana anaknya berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain.
  • Dapat lebih memahami perkembangan anaknya.
  • Dapat lebih mengetahui dan menghargai tugas dan beban dari para guru atau pengajar.
  • Dapat mempelajari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan yang dapat dikembangkan dirumah.
  • Dapat bertemu dan berkomunikasi dengan teman anak-anak mereka
  • Dapat menjadi sarana dalam membangun persahabatan yang abadi dengan orang tua dari anak lain
  • Dapat menindaklanjuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan anak dirumah sehingga terdapat keharmonisan dan konsisiten antara program rumah dengan program sekolah
  1. Keuntungan bagi pihak sekolah terutama bagi para guru, diantaranya:
  • Para guru dapat mrngetahui dan mempelajari bagaimana para orang tua memotivasi anaknya dalam kegiatan pembelajaran
  • Mengamati bagaimana orang tua atau anggota keluarga menolong anak mereka dalam memecahkan masalah yang dihadapi anak
  • Dengan pelibatan orang tua dalam pembelajaran, para guru memiliki waktu yang lebih leluasa bersama seorang anak atau kesempatan untuk bekerja pada kelompok yang lebih kecil.
  • Para guru dapat memahami berbagai keragaman budaya dan sosial setiap keluarga anak
  • Para guru dapat mempelajari berbagai keterampilan khusu yang dikuasai orang tua atau keluarga, misalkan keterampilan memasak atau lain-lain
Aside

NILAI SAINS BAGI PENGEMBANGAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR ANAK

 Image

Sains untuk anak

Pengenalan sains untuk anak usia dini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut:

  1. Eksplorasi dan infestigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena yang ada di alam
  2. Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melalukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan
  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, senang, dan mau melakukan kegiatan inkuiri dan discoveri
  4. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur, maupun fungsinya.

Topik-topik sains yang menarik untuk anak adalah melakukan infestigasi terhadap hal-hal berikut:

  1. Gerak

Seperti gerak bola, bola pimpong, kelereng, mobil-mobilan, tamiya, dan gasing.

  1. Menuang

Seperti menuang air dan pasir, serta benda-benda lainnya seperti biji-bijian.

  1. Menimbang

Anak mencoba menggunakan timbangan, baik timbangan yang dibuat sendiri maupun timbangan dengan skala.

  1. Busa sabun

Anak-anak senang bermain busa. Dengan menyediakan berbagai macam bentuk anak dapat berkreasi, seperti membuat jendela, pintu dan atap dari busa

  1. Tenggelam dan Terapung

Anak dapat menyelidiki benda mana yang terapung dan benda mana yang tenggelam

  1. Magnet

Anak-anak dapat melakukan investigasi untuk untuk menemukan benda-benda yang menempel pada magnet dan yang tidak.

  1. Bayangan

Contoh dengan senter anak disuruh bagaimana caranya membentuk bayangan raksasa atau bayangan yang kecil.

  1. Perubahan wujud benda

Anak-anak suka memperhatikan perubahan wujud benda, seperti es yang mencair atau bahan yang berubah wujudnya karena dimasak.

  1. a.      Nilai sains bagi pengembangan kognitif anak

Mengacu pada perkembangan kognitif anak yang terpenting adalah bukan anak yang menyerap sebanyak-banyaknya pengetahuan, tetapi adalah bagaimana anak dapat mengingat dan mengendapkan yang diperolehnya, serta bagaimana ia dapat menggunakan konsep dan prinsip yang dipelajarinya itu dalam lingkup kehidupannya atau belajarnya. Jadi nilai yang sesungguhnya dari sifat pengembangan kognitif harus mengarah pada dua dimensi , yaitu dimensi isi dan dimensi proses.

Dalam dimensi pengembangan pembelajaran sains pada anak, hendaklah cara-cara dan tindakan guru terkontrol pada pendekatan-pendekatan yang mengarah pada tindakan yang benar. Ketepatan guru dalam melaksanakan tindakan-tindakan dalam pembelajaran akan berdampak positif pada anak, jaka pendek maupun jangka panjang yaitu bagi kehidupan anak kelak karena sesungguhnya pengalaman-pengalaman masa kecil merupakan indikator kehidupan seseorang dimasa depannya, kegiatan-kegiatan masa kecil seseorang merupakan simulasi bagi kehidupan dewasanya (Solehudin,1997)

 

  1. b.      Nilai sains bagi pengembangan afektif anak

Dimensi afeksi tidak dapat melekat kuat sebagai suatu dampak pembelajaran, jika diperkenalkan dan ditanamkan pada anak melalui sajian verbal semata, tetapi hendaklah diperkenalkan dan disajikan melaluiki keterlibatan anak dalam prilaku nyata, sehingga nilai afeksi yang dikembangkan merupakan suatu pola prilaku yang benar-benar diwujudkan dalam perbuatan. Pembelajaran sains sesuai dengan karakteristiknya banyak memberikan kesempatan pada anak untuk dapat mengekspresikan emosi pada duniany.

Dalam konteks belajar, kejadian-kejadian tersebut adalah yang lazim disebut dengan anak belajar dan berkembang dari lingkungannya. Begitu besarnya pengaruh kehidupan dan lingkungan anak terhadap pembentukan niali afeksi pada diri anak, maka tugas guru yang terpenting dalam pembalajaran sains adalah menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bermakna, menyentuh anak sehingga dapat menumbuh kembangkan afeksi anak secara positif ( Abruscato, 1982). Artinya dapat membentuk anak yang memilki jati diri dan sikap-sikap sebagai ilmuan.

  1. c.       Nilai sains bagi pengembangan psikomotorik anak

Nilai pengembangan pembelajaran sains berkontribusi positif pada kemajuan kognitif dan afeksi anak ,pengembangan pembelajaran sains yang melibatkan anak secara optimal akan mampu membantu perkembangan psikomotorik anak.terkait dengan sifat perkembangan psikomotorik ,biasanya mengarah pada tuntutan anak memiliki kesanggupan untuk menggerakan anggota tubuh dan bagian-bagiannya.ini diperuntukan agar anak dapat memanipulasi lingkungannya.pengembangan pembelajaran sains,dengan sifat-sifat yang melekat nya dapat membantu meningkatkan keterampilan psikomotorik anak.motorik kasar anak dapat berkembang melalui aktifitas sains sebagai pengganti, misal dengan cara membentuk bangunan dari pasir ,tanah,bercocok tanam bunga dll.sedangkan keterampilan motorik halus dapat dilakukan melalui aktifitas menggaris dengan pensil dan penggaris ,mengukur ,memilah benda-benda kasar atau halus,menggunting dll.pengalaman motorik akan banyak di peroleh anak melalui kegiatan sains ,dan sebaliknya kegiatan bersifat motoris dapat menjadi aktifitas sains yang benilai kognitif maupun afektif,artinya aktifitas motorik akan berkontribusi positif terhadap pembentukan kognitif dan afektif anak dan pengenalan  dan penguasaan sains.

NILAI SAINS BAGI PENGEMBANGAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR

ADAPTASI DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK DINI DI INDONESIA

Standard

ADAPTASI DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI DI INDONESIA

Image

  1. A.   Pengembangan Sains Berbasis Sosio-Kultural Dan Dinamika Lingkungan

Pengembangan pembelajaran sains harus dimulai pada ruang waktu, kesempatan, peluang dan celah-celah yang memungkinkan dan dapat dimanfaatkan (ditembus) oleh kita, terutama oleh pihak-pihak yang memang dipersiapkan dalam bidang ini.

Kesadaran akan keleluasaan sains tersebut harus disosialisasikan dan disebarkan pada seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat pendidikan disamping masyarakat lain pada umumnya. Dalam pengembangan pembelajaran sains, terdapat beberapa pertimbangan diantaranya:

  • Ø Sains sesungguhnya tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan, karena begitu banyaknya manfaat sains bagi kehidupan.
  • Ø Sosial-budaya, lingkungan dan pembangunan berkembang secara dinamis dan berlangsung secara terus menerus
  • Ø Pendidikan sains dapat membangun sikap ilmiah yang dapat menimbulkan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai yang ada di alam dan masyarakat sehingga menimbulkan sikap yang positif
  • Ø Pendidikan sains dapat membantu menggali keadaan lingkungan, pengaruhnya dan sumbangannya terhadap masyarakat dimana mereka berada
  • Ø Pendidikan sains dapat membantu dalam menyatukan cara pandang, berekspresi dan berprilaku seseorang atau sekelompok orang yang berlatar belakang berbeda
  • Ø Pendidikan sains memiliki potensi kuat untuk menyadarkan warga negara (khususnya anak) dalam hal keadaan lingkungan dan perubahannya.

Dengan program pengembangan pembelajaran sains yang mempertimbangkan sosial budaya dan dinamika lingkungan, maka akan menghasilkan produk yang bukan hanya cerdas dalam sains tetapi dapat membangun lingkungan dan daerahnya secara maksimal, karena program pengembangan pembelajaran sains menyatu dengan program pembangunan sosial-budaya dan lingkungannya.

Salah satu pilihan yang dianggap tepat adalah dengan menggunakan pendekatan STM (Sains, Teknologi dan Masyarakat) atau STS (Scienc, Technology, and Society). STM/STS adalah sutu inovasi dalam pengembangan pendidikan sains yang dipromosikan di Amerika Serikat sekitar tahun 1980 an sebagai suatu gerakan untuk mengatasikelemahan-kelemahan dalam program sains sebelumnya. Menurut Hadiat, 1984 STM/STS adalah pengajaran sains yang menekankan pada konsep-konsep sains serta peranan sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat, serta menumbuhkan rasa tanggung jawa sosial, terhadap dampak-dampaknya yang terjadi.

STM/STS mempunyai 4 kelompok sasaran:

  • Sains untuk memenuhi kebutuhan individu, artinya pendidikan sains digunakan untuk meningkatkan taraf hidup anak dan kemampuan antisipasi IPTEK yang berkembang
  • Sains diarahkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dan berkembang dalam masyarakat
  • Pendidikan sains harus mengembangkan kesadaran anak didik tentang lingkungan serta jenis-jenis sais yang dianggap sesuai dengan karir bidang teknologi yang sesuai dengan minat, dan bakatnya
  • Pendidikan sains memberikan kesempatan dan turut mempromosikan anak untuk dapat mengembangkan pendidikan sainsnya secara akademis maupun profesional

Adapun ciri-ciri program pembelajaran STM/STS diantaranya:

  1. Siswa mengidentifikasi maslah-masalah yang ada dilingkungannya
  2. Pembelajran menggunakan sumber-sumber yang ada guna memperoleh informasi yang digunakan dalam pemecahan masalah
  3. Keterlibatan siswa secara aktif didalam mencari informasi untuk pemecahan masalah yang timbul dalam masyarakat
  4. Perluasan untuk terjadinya belajar melebihi periode, kelas dan lingkungan sekolah
  5. Pandangan mengenai sains sebagai isi lebih dari sekedar bermuatan konsep-konsep dan untuk kepentingan penyelesaian tes atau ujian
  6. Penekanan pada keterampilan proses sains agar dapat digunakan oleh siswa dalam mencari solusi terhadap masalahnya
  7. Pendekatan pada kesadaran karir yang berhubungan dengan sais dan teknologi
  8. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan dalam masyarakat dalam usha untuk memecahkan masalah yang di identifikasinya
  9. Menentukan cara-cara sains dan teknologi mempengaruhi masa depan

10. Sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam kegiatan pembelajaran

  1. B.    Dilema dan Hambatan Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini

Dilema dan hambatan pengembangan sains pada AUD di Indonesia tidak hanya dihadapi oleh negara kita, tetapi juga banyak negara lainnya. Kairena pada umumnya sains merupakan transpalantasi dari pendidikan sains yang berasal di barat, karena merupakan proses transpalantasi, proses pertumbuhan sering menemui kendala yang bertautan dengan budaya dan kebiasaan setempat, lokal atau regional.

Kesadaran bahwa sains merupakan bagian dari kehidupan dan tidak dapat di pisahkan, apalagi dalam era kebebasan seperti saat ini. Tuntutan dan fenomena tersebut akan sangat mencolok pada daerah-daerah perkotaan terutama di kota-kota besar. Sekolah-sekolah yang berada di lingkungan elite dan perkotaan, cenderung sangat tinggi kemampuannya dalam menyerap sains bagi perkembangan anak-anak didiknya, dan akan amat kontras sekali apabila dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang berada di daerah dan desa-desa.

Hasilnya adalah terjadi berbagai kesenjangan antara lembaga pendidikan yang ada. Terjadi kesenjangan pengembangan pembelajaran sains antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, hngga muncul nya fenomena sekolah favorit dan sekolah pinggiran, sekolah unggul dan sekolah biasa. Hal tersebut secara umum berpengaruh pada proses dan produk pendidikan, khususnya pengembangan pembelajaran sains.

Dengan meninjau pelaksanaan pendidikan sains di Indonesia khususnya pendidikan anak usia dini, peengembangan pembelajaran sains masih terasing pada sebagian besar masyarakat, apalagi bila dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan teknologi yag setiap saat berubah dan melintas dihadapan kita.

Dilema dan hambartan pengembangan pembelajaran sains pada pendidikan anak usia dini, diantaranya:

  1. Masih beragamnya pemahaman dan kemampuan guru dalam konsep pengembangan pendidikan sains dan penerapannya pada pembelajaran di sekolah-sekolah dan lembaga-lemba PAUD
  2. Masih kurang kesadaran dan kemampuan para guru dalam memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran sains yang berada di lingkungan sekitar anak maupun sekolah.
  3. Masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang pembelajaran sains pada lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini, terutama pada lembaga-lembaga yang berada di daerah pedesaan
  4. Sebagian besar pengembangan pendidikan sains pada lembaga-lembaga PAUD masih sangat bersifat akademis, sehingga cenderung bersifat abstrak dan kurang bermakna bagi anak
  5. Masih rendahnya komitmen-pihak-pihak terkait dalam pengembangan pendidikan sains pada anak usia dini untuk turut bersama-sama dalam memajukan dan mempromosikan pengembangan pembelajaran sains yang benar pada jenjang ini
  6. Terdapat sejumlah perangkat sains terutama yang terkait dengan teknologi yang sulit diadakan oleh sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan anak usia dini
  7. Belum efektifnya dukungan kebijakan bahwa promosi dan pengembangan pembelajaran sains pada pendidikan anak usia dini betl-betul sesuatu yang mendasar dan amat penting, sehingga sulit mencapai konsistensi dalam perwujudannya.
  1. C.       Optimalisasi Peran Partisipan Dalam Pengembangan Pendidikan Sains Pada Anak Usia Dini

Pendidikan dan pengembangan pembelajaran sains pada anak harus memfokuskan tujuan pengembangannya pada tiga aspek utama yaitu pengetahuan (kognitif), proses (keterampilan), dan prilaku (emosi dan perasaan).

Fokus pengembangan pengetahuan (kognitif), maksudnya adalah sasaran pengembangan pembelajaran sains diarahkan agar anak menguasai konsep secara memadai tetapi bukan konsep yang bersifat abstrak sifatnya, melainkan lebih kongkrit dan bermakna. Fokus pada pengembangan proses (keterampilan) difasilitasi melalui pengalaman-pengalaman pengoperasan melalui alat fisik dan indranya secara langsung pada objek-objek sains sebagaimana yang telah dipahaminya. Sedangkan fokus pengembangan prilaku adalah berusaha membangkitkan perasaan yang terkait dengan segala sains yang dipelajarinya, sehingga sasaran sains yang digalinya menjadi lebih memiliki nilai dan sentuhan emosi sesuai taraf perkembangan anak usia dini.

Beberapa upaya yang terkait dan akan sangat bermanfaat dalam optimalisasi pengembangan pendidikan sains pada anak usia dini diantaranya:

  1. Kurikulum pemgembangan pembelajaran sains bagi anak usia dini dikembangkan terintegrasi
  2. Harusnya dilakukan upaya terus menerus untuk peningkatan mutu pengajar dan staf lainnya
  3. Dalam upaya meningkatkan peran masyarakat, khusunya orang tua
  4. Upaya pembuatan kebijakkan, promosi, publikasi kepada masyarakat potensial
  5. Masyarakat memilki peran juga mengubah lingkungannya sebelum mengajukan tuntutan perbaikan pendidikan sains dialamatkan pada guru
  6. Menyikapi semua tindakan yang dilakukan
  7. Pengembangan pembelajaran sains secara kontinyu dan konsisten
  8. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengidentifikasi bantuan pengembangan pembelajaran sains pada kelompok anak
  9. Mengembangkan keunggulan dalam pengembangan pembelajaran sains

10. Melakukan dan menganjurkan perintisan sekolah-sekolah yang berwawasan sains